Selasa, 09 September 2014
The Power of Cosmetic Mengalahkan Operasi Plastik
Kosmetik sudah dikenal semenjak 5000 tahun yang lalu, sebagai seni melukis wajah dan hanya sebatas untuk ritual keagamaan di dalam bangsa mereka. Para wanita membingkai mata mereka menyerupai biji almond dan mewarnai pipi mereka dengan tanah liat. Seni melukis wajah pun terus berkembang hingga suatu hari bangsa Yunani menemukan ekstrak akar tumbuhan yang disebut polderos yang bisa digunakan sebagai pemerah bibir dan pipi yang lebih tahan lama. Nampaknya, menjadi cantik memang sudah menjadi obsesi yang tertanam di dalam diri setiap wanita bangsa Mesir kuno sehingga mereka berlomba untuk mempercantik diri, terutama kaum bangsawan. Mereka berusaha untuk tampil cantik layakanya dewa dan dewi yang mereka sembah.
Barulah di tahun 1920, seorang bernama Max Factor menciptakan berbagai macam formula produk kosmetik. Salah satu ciptaannya adalah campuran kohl yang dipanaskan di atas api. Ketika meleleh, lelehan tersebut dioleskan pada bulu mata, dan mata pun terlihat lebih dramatis. Tiga tahun kemudian barulah diciptakan penjepit bulu mata. Bentuknya hampir serupa dengan penjepit bulu mata yang ada sekarang. Namun tentunya tidak secanggih penjepit bulu mata yang ada saat ini. Dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mengaplikasikan penjepit bulu mata kuno ini. Sedangkan lipstik yang pertama kali dijual di pasaran terbuat dari ekstrak tumbuhan yang dicampur dengan minyak nabati menjadi berupa wax. Campuran tersebut kemudian dibentuk menjadi serupa krayon dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah mengering, barulah dimasukan ke dalam sebuah kaleng agar lebih mudah untuk dibawa.
Semenjak itulah, produk-produk kosmetik mulai bermunculan dan semakin canggih serta beragam hingga hari ini, sehingga “seni melukis wajah” pun sudah tak terbatas bagi kalangan bangsawan saja, tapi setiap wanita yang mengagumi keindahan dan menghargai dirinya sebagai makhluk yang indah. Maka tak heran jika kemudian klinik kecantikan, penata rias yang piawai, dsb semakin menjamur sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
Senin, 08 September 2014
Ketika Istri Menghamili Sang Suami
Ini adalah potret keluarga bahagia Bianca Browser dan Nick Bowser warga Louisville Kentucky, mereka memiliki dua orang putera, yaitu Kai dan Pax yang masing-masing berusia tiga dan satu tahun. Sekilas pasangan ini tampak seperti keluarga pada umumnya namun ternyata pasangan ini sebenarnya adalah pasangan transgender. Nick (27) ternyata seorang wanita yang berperan sebagai ayah sedangkan Bianca (32) yang aslinya seorang pria berperan sebagai ibu. Ketika ada sebuah syair lagu menyatakan bahwa cinta tiada kenal logika nampaknya memang benar karena kedua transgender itu tidak keberatan saling menikahi.
Nick telah menjalani operasi pengangkatan payudara dan juga terapi testoteron agar terlihat maskulin. Sedangkan Bianca menjalani operasi pembesaran payudara serta pencabutan bulu badan tapi dia tidak butuh terapi estrogen karena dia memang kemayu sejak kecil. Akan tetapi, uniknya, walaupun mereka adalah pasangan transgender, namun keduanya belum menjalani operasi kelamin karena alasan ekonomi. Baik Nick dan Bianca masih memiliki kelamin asli mereka sehingga saat mereka menikah, maka sang 'ayah' lah yang hamil.
Senin, 01 September 2014
Merayu Pria Italia
Menikmati sore yang agak mendung dan dingin ini, rasanya tak keliru jika saya bersantai di teras ditemani secangkir teh madu dan sepiring kecil pisang goreng plus sebuah novel Harlequin koleksi istimewa, berjudul Merayu Pria Italia ( Flirting With Italian ) karya Liz Fielding. Kira-kira, seperti ini sinopsisnya :
" Tas sudah dikemas, tiket sudah dipesan. Tak lama lagi aku akan tiba di Roma dan hidup di tengah orang-orang berbahasa asing "
Sarah Gratton, seorang guru di Maybridge High memutuskan pindah ke Roma untuk melupakan sakit hati setelah pertunagannya dengan Tom seorang guru olahraga, gagal.
Lex, kakek buyut Sarah menyarankan agar dia mencari kekasih di sana. Tidak perlu sebuah hubungan serius, kriteria terpenting adalah pria Italia yang tapan dan bermata gelap.
Tanpa disangka, Sarah menemukan pria sesuai saran kakek buyutnya. Matteo di Serrone, seorang Conte ( istilah Italia untuk gelar Count ) pemilik perkebunan anggur Isola Del Serrone yang tersohor dan rentan oleh gosip, sasaran empuk bagi paparazi disana. Matteo benar-benar calon kekasih ideal.
Kisah penuh dengan bunga-bunga dimulai setelah pertemuan tak disengaja itu. Matteo, sosok pria yang sangat santun, mesra, hangat, romantis, mampu membuat kaum hawa yang membaca novel ini berandai-andai memiliki kekasih atau pendamping sepertinya.Hmm, karya istimewa, menyajikan sebuah hubungan sarat romantisme, membuat hati pembaca ikut meleleh, hubungan percintaan yang elegan oleh dua orang dewasa tanpa melibatkan hubungan sexs didalamnya.
Seiring dengan waktu, konflik pun terjadi. Matteo sebenarnya sangat paranoid untuk menjalin hubungan dengan wanita karena tiga kali hatinya terluka oleh penghianatan sang ibu, pengasuh terdekatnya, dan kekasihnya yang bernama katerina. Namun ia tak kuasa dan menjatuhkan hatinya pada Sarah, mencoba membangun kepercayaan kembali. Kali ini badai datang kembali, pagi itu, sebuah koran harian terbit dengan judul berita "Rahasia Keluarga Serrone" terpampang sebagai headline. Apakah itu ulah Sarah yang mendekati Matteo agar bisa mendapatkan rahasia keluarga Serrone dan kemudian dia menjualnya ke media ???
Bukan, bukan seperti itu kebenarannya. Namun Matteo yang terlanjur emosi menuduh Sarah yang tega melakukan. Hehe, pembaca ikut larut dalam bagian klimaks cerita ini, emosi dan airmata pun berderai.
Siapakah yang menjadi dalang ?? Rasanya kurang seru jika saya sebutkan disini.
Minggu, 31 Agustus 2014
Kelopak Bunga Di Atas Kertas Sang Desainer Muda
Desainer baju biasanya hanya menggambarkan ide baju rancangannya dengan pensil atau pen saja, namun seorang desainer muda berusia 22 tahun dari Singapura, Grace Ciao mencoba hal yang berbeda. Grace Ciao menggambarkan desain rancangan bajunya dengan mahkota bunga asli.
Memang sudah banyak pakaian yang dibuat dari bunga dan tanaman, namun Grace menuangkan keindahan bunga ini pada sketsa desain pakaiannya. Kemampuan Ciao menentukan pola dan desain yang dibuat menggunakan kelopak berhasil mewujudkan berbagai desain dan corak yang mungkin sulit dibayangkan serta dilakukan ketimbang menggunakan kain sebagai bahan utama.
Hasilnya sangat cantik. Grace sangat memperhatikan setiap detailnya. Kelopak bunga dipotong, disusun dan ditempel dengan seksama sehingga siluetnya akan membentuk desain gaun yang elegan dan modern. Rasanya seperti diwarna dengan menggunakan spidol atau cat air. Beberapa jenis bunga yang digunakan dalam karyanya antara lain, mawar, lily, sunrise carnation, dimana semua memberikan kesan indah tersendiri.
Senin, 18 Agustus 2014
Demam Sexs Doll ( Sexs Doll Wives )
Sexs doll rupanya kian menjadi primadona. Mungkin sebagian orang menilai bahwa sexs doll adalah boneka semata yang tidak memiliki jiwa, namun sexs doll cukup berperan positif pada sebagian pria yang mengalami trauma dalam menjalin hubungan dengan wanita, sering disakiti, atau ditolak, selain itu mereka mengatakan memilih sexs doll untuk menyalurkan libidonya dengan aman karena takut melakukan hubungan badan pra nikah, atau takut terjebak dalam hubungan perselingkuhan bahkan sampai terjerumus pada lingkungan jasa prostitusi. Ada juga yang ingin bersenang-senang, beberapa menderita kecemasan sosial atau keterbatasan fisik yang membuat mereka sulit untuk memiliki hubungan dengan sesama manusia.
Adalah seorang pria dengan nama samaran Davecat, ia membeli sebuah boneka RealDoll seharga US$ 6 ribu atau sekitar Rp 69 juta, dari uang yang ia kumpulkan selama 1,5 tahun. Boneka yang dinamai Sidore Kuroneko itu dibeli setelah ia memesan di situs Abyss Creations. Ia mengonsepkan sendiri bentuk wajah, tubuh, warna mata, tekstur kulit. Hingga terciptalah Sidore. Secara anatomi, Sidore memang sangat mirip dengan manusia. Kulitnya yang lembut hampir menyamai halusnya kulit perempuan. Meski boneka buatan itu didesain untuk pemuas birahi, tapi Davecat juga menjadikannya sebagai pasangan hidup sejatinya, disayang dan dicintai. "70% seks dan 30% persahabatan," ungkap Davecat menjelaskan hubungannya dengan Sidore kepada The Atlantic
Sidore bukanlah satu-satunya boneka yang ia jadikan pendamping hidup. Ada 1 boneka lagi yang ia beli, yakni Elena yang dibelinya dari Rusia. Ia menjadikan Elena sebagai teman Sidore saat dirinya sedang sibuk.
Pria tersebut pun mengungkapkan alasan mengapa lebih memilih menjalin hubungan dengan boneka seks adalah karena pengalamannya berhubungan dengan wanita tak pernah bahagia, bahkan berakhir dengan kesedihan. Menurutnya, boneka tidak akan pernah mengkhianati. Wanita tidak bisa ditebak dan boneka adalah sosok yang sabar, wanita akan meninggalkan Anda, sedangkan boneka, mereka tak akan ke mana-mana
Sidore bukanlah satu-satunya boneka yang ia jadikan pendamping hidup. Ada 1 boneka lagi yang ia beli, yakni Elena yang dibelinya dari Rusia. Ia menjadikan Elena sebagai teman Sidore saat dirinya sedang sibuk.
Pria tersebut pun mengungkapkan alasan mengapa lebih memilih menjalin hubungan dengan boneka seks adalah karena pengalamannya berhubungan dengan wanita tak pernah bahagia, bahkan berakhir dengan kesedihan. Menurutnya, boneka tidak akan pernah mengkhianati. Wanita tidak bisa ditebak dan boneka adalah sosok yang sabar, wanita akan meninggalkan Anda, sedangkan boneka, mereka tak akan ke mana-mana
Sabtu, 16 Agustus 2014
Mencoba Kenal Ayah
Ayah, perkenalkan, inilah aku, putri Ayah. Usiaku 30 tahun dengan 2 putera sebagai cucu Ayah. Sekian lama dan baru hari ini aku berani menyapa Ayah. Maaf Ayah, tidak ada foto ataupun ilustrasi wajah Ayah pada tulisanku ini, karena aku benar-benar tidak tahu seperti apa wajah Ayah. Meski begitu, aku tak marah pada Ayah yang tak pernah mau menyapaku walau di sekelebat mimpiku.
Ayah, biarkan tinta pena ini menggenang bagai air, sedang anganku mengambang liar dan berharap udara beku kan menuntunku dekat padamu, berandai-andai bila saat ini kita bertatap muka. Tapi pada puncak kerinduanku kini, apakah aku sanggup bersuara ? aku tak yakin, Ayah. Maafkan aku yang tak pandai bicara, dan tak mahir menyematkan bunga di sudut kata, sebab yang kupunya hanya mata yang kan sanggup tuk menatapmu lama dalam kerinduanku yang teramat kekal.
Ayah, ijinkan aku bercerita tentang masa kecilku tanpa bermaksud membuat jiwa Ayah seakan terpental pada sebuah penjara kekal tempat hukuman terberat dalam hidup yaitu rasa sesal. Sedikitpun aku tiada pernah membenci Ayah. Aku tumbuh sebagai puteri Ayah yang membanggakan. Aku tak cengeng, bahkan selalu tampil paling tangguh diantara teman sepermainanku. Benteng kokoh ku bangun tuk berlindung, hingga tak satu pun yang berani menggangguku. Ya Ayah, aku harus begitu, karena aku sadar bahwa ketika mereka menggangguku, aku tak mungkin mengatakan pada mereka " Awas ya, aku adukan pada Ayahku".
Hingga aku beranjak remaja, prestasi selalu ku raih. Tahukah Ayah, mengapa aku selalu mendambakan menaiki podium disetiap catur wulan, semester dan kenaikan kelas ? Karena hal tersebut seakan bagai candu yang tak mungkin bisa ku sudahi. Dari atas podium itu, ku rasakan kehadiran Ayah diantara orang tua murid yang hadir saat itu. Seakan Ayah bangkit, bertepuk tangan untukku sambil menyeka airmata Ayah dengan sapu tangan. Ya Ayah, sensasi itu yang membuatku bersemangat mendulang prestasi lagi dan lagi.
Ayah, aku tak pernah nakal. Aku selalu berusaha untuk tidak menyusahkan ibu, aku selalu pulang tepat waktu, aku tak mau ibu khawatir, dan karena aku tahu Ayah tak mungkin membantu ibu untuk mencariku.
Ayah, aku bisa saja membohongi dunia, duka mungkin takkan tampak, tapi tanpa berkata, air mata ini menjelaskan semua. Kesedihan ini adalah percakapan rahasiaku. Tangisan ini adalah kata-kata, bahasa yang dibasahkan air mata. Mungkin jika saat ini kau ada, kita bisa banyak melewatkan waktu bersama. Berdiskusi tentang berbagai topik saat ini, menonton serial detektif crime scene, atau membeli buku. Meski aku belum pernah mengenal Ayah, tapi aku tahu bahwa Ayah gemar membaca, menonton film tentang penyelidikan seorang detektif dan memecahkan misteri. Aku juga tahu bahwa Ayah penggemar kopi. Kesemuanya aku temukan pada diriku yang tak kutemukan pada ibu.
Ayah, ajari aku membujuk air mata ini agar tak jatuh, saat rasa kosong memaksaku runtuh sebagai hamba yang hanya bisa patuh dalam kepasrahan. Aku selalu belajar untuk mencintai Ayah tanpa ingin menjatuhkan air matamu. Aku sadar, ada sebagian diri Ayah di masa depanku yang tak akan pernah kulepaskan. Aku mewarisi darah Ayah dalam setiap denyut nadiku. Mungkin Ayah mau mengajariku belajar tuk berdiri sendiri karena sebagian orang di dunia ini yang kukira kan selalu ada, pada akhirnya nanti pasti akan pergi juga. Aku tahu, Ayah menginginkanku menjadi seorang yang kuat. Ayah tak mungkin memberiku secangkir air mata untuk kuminum hari ini, dan menangiskannya esok hari.
Terima kasih Ayah, hanya untaian doa yang bisa ku haturkan. Aku tak tahu dimana pusara Ayah. Hal itu terasa pedih, sangat pedih. Bahkan yang lebih pedih dari air mataku adalah tanganku, yang sebenarnya tak jauh, namun tak bisa menyeka air matamu.
Ayah, biarkan tinta pena ini menggenang bagai air, sedang anganku mengambang liar dan berharap udara beku kan menuntunku dekat padamu, berandai-andai bila saat ini kita bertatap muka. Tapi pada puncak kerinduanku kini, apakah aku sanggup bersuara ? aku tak yakin, Ayah. Maafkan aku yang tak pandai bicara, dan tak mahir menyematkan bunga di sudut kata, sebab yang kupunya hanya mata yang kan sanggup tuk menatapmu lama dalam kerinduanku yang teramat kekal.
Ayah, ijinkan aku bercerita tentang masa kecilku tanpa bermaksud membuat jiwa Ayah seakan terpental pada sebuah penjara kekal tempat hukuman terberat dalam hidup yaitu rasa sesal. Sedikitpun aku tiada pernah membenci Ayah. Aku tumbuh sebagai puteri Ayah yang membanggakan. Aku tak cengeng, bahkan selalu tampil paling tangguh diantara teman sepermainanku. Benteng kokoh ku bangun tuk berlindung, hingga tak satu pun yang berani menggangguku. Ya Ayah, aku harus begitu, karena aku sadar bahwa ketika mereka menggangguku, aku tak mungkin mengatakan pada mereka " Awas ya, aku adukan pada Ayahku".
Hingga aku beranjak remaja, prestasi selalu ku raih. Tahukah Ayah, mengapa aku selalu mendambakan menaiki podium disetiap catur wulan, semester dan kenaikan kelas ? Karena hal tersebut seakan bagai candu yang tak mungkin bisa ku sudahi. Dari atas podium itu, ku rasakan kehadiran Ayah diantara orang tua murid yang hadir saat itu. Seakan Ayah bangkit, bertepuk tangan untukku sambil menyeka airmata Ayah dengan sapu tangan. Ya Ayah, sensasi itu yang membuatku bersemangat mendulang prestasi lagi dan lagi.
Ayah, aku tak pernah nakal. Aku selalu berusaha untuk tidak menyusahkan ibu, aku selalu pulang tepat waktu, aku tak mau ibu khawatir, dan karena aku tahu Ayah tak mungkin membantu ibu untuk mencariku.
Ayah, aku bisa saja membohongi dunia, duka mungkin takkan tampak, tapi tanpa berkata, air mata ini menjelaskan semua. Kesedihan ini adalah percakapan rahasiaku. Tangisan ini adalah kata-kata, bahasa yang dibasahkan air mata. Mungkin jika saat ini kau ada, kita bisa banyak melewatkan waktu bersama. Berdiskusi tentang berbagai topik saat ini, menonton serial detektif crime scene, atau membeli buku. Meski aku belum pernah mengenal Ayah, tapi aku tahu bahwa Ayah gemar membaca, menonton film tentang penyelidikan seorang detektif dan memecahkan misteri. Aku juga tahu bahwa Ayah penggemar kopi. Kesemuanya aku temukan pada diriku yang tak kutemukan pada ibu.
Ayah, ajari aku membujuk air mata ini agar tak jatuh, saat rasa kosong memaksaku runtuh sebagai hamba yang hanya bisa patuh dalam kepasrahan. Aku selalu belajar untuk mencintai Ayah tanpa ingin menjatuhkan air matamu. Aku sadar, ada sebagian diri Ayah di masa depanku yang tak akan pernah kulepaskan. Aku mewarisi darah Ayah dalam setiap denyut nadiku. Mungkin Ayah mau mengajariku belajar tuk berdiri sendiri karena sebagian orang di dunia ini yang kukira kan selalu ada, pada akhirnya nanti pasti akan pergi juga. Aku tahu, Ayah menginginkanku menjadi seorang yang kuat. Ayah tak mungkin memberiku secangkir air mata untuk kuminum hari ini, dan menangiskannya esok hari.
Terima kasih Ayah, hanya untaian doa yang bisa ku haturkan. Aku tak tahu dimana pusara Ayah. Hal itu terasa pedih, sangat pedih. Bahkan yang lebih pedih dari air mataku adalah tanganku, yang sebenarnya tak jauh, namun tak bisa menyeka air matamu.
Sabtu, 09 Agustus 2014
Tumbal Cinta
Tempo hari, di penghujung sore yang disapa lembut oleh gerimis, saya kedatangan tamu, saudara jauh dari ibu. Sepasang suami istri beserta tiga orang puteranya. Silaturahmi biasa, mumpung masih suasana lebaran. Obrolan kami sangat renyah sore itu, serenyah sajian makanan kecil di meja, sisa lebaran dan hangat layaknya teh dalam cangkir yang saya sajikan. Hmm, ada yang beda dari sang istri tamu saya. Si mbak kok sekarang cablak, dominan dalam obrolan, sangat berbeda dengan si mbak yang saya kenal pada kunjungan tahun terdahulu ( dua tahun kemarin ga ketemu ). Dulu lebih pendiam, pemalu, bahkan untuk sedikit tersenyum saja pasti sambil menunduk dan menutup mulutnya dengan ujung kerudung. Pikir saya, mungkin karena pulang dari negeri seberang setelah masa kontraknya sebagai TKW, pergaulannya semakin luas, menjadikan dia lebih Pe De, supel, dll. Akh, itu tidak penting, malah saya asyik dengannya yang sekarang, ngobrol jadi makin seru walau kadang ada sedikit yang kurang nyambung. Wajar, suasana rumah gaduh, mungkin pendengaran kami jadi sedikit sukar merespon dan menyensor antara percakapan kami vs hiruk pikuknya suara anak-anak.
Malam tiba, ibu menghampiri saya, membuka obrolan seputar tamu saya sore ini. Terkejut, ibu menyampaikan bahwa si mbak tadi mengalami gangguan jiwa. Wadoooow, hahaha, jadi tadi bagaimana nasib obrolan saya ?? Bahkan saya merasa asyik, dan seru. Jangan-jangan saya.....................
Hahaha, jangan-jangan saya juga masuk kategori "rada terganggu" habis klop sih ngobrolnya. Haahh, daripada sibuk memikirkan hal tsb, saya lebih tertarik bertanya pada ibu, mengapa bisa terjadi demikian ?. Menurut ibu, si mbak memutuskan pergi mengadu nasib ke negeri jiran untuk menyelamatkan ekonomi keluarga yang porak-poranda diterjang badai perjudian suaminya. Dan...sekembalinya si mbak dari seberang dia mendapatkan kabar bahwa sang suami ber haha hehe dengan seorang wanita dari desa sebelah.
Nyesek...Cinta, lagi-lagi cinta, hal yang tak akan pernah habis untuk menjadi sebuah topik bahasan. Mencintai, barangkali adalah takdir Tuhan,sedang luka dan bahagia adalah dua anak yang di lahirkan. Hmm, ironi memang, ketika seseorang mendapatkan hati Anda, kemudian berjanji tuk merawatnya tapi mengembalikannya dalam keadaan terluka. Mestinya si mbak pantas mendapatkan sebuah cinta layaknya bayangan rumpun bambu yang jatuh di permukaan sungai, meneduhkan kawanan kijang setiapkali hendak menyeberang. Ya, cinta yang teduh dan menenteramkan.
Hal ini mengingatkan pada sebuah kisah percintaan yang ditulis oleh mbak Sri Sulandari. Seperti ini kisahnya.....
Malam tiba, ibu menghampiri saya, membuka obrolan seputar tamu saya sore ini. Terkejut, ibu menyampaikan bahwa si mbak tadi mengalami gangguan jiwa. Wadoooow, hahaha, jadi tadi bagaimana nasib obrolan saya ?? Bahkan saya merasa asyik, dan seru. Jangan-jangan saya.....................
Hahaha, jangan-jangan saya juga masuk kategori "rada terganggu" habis klop sih ngobrolnya. Haahh, daripada sibuk memikirkan hal tsb, saya lebih tertarik bertanya pada ibu, mengapa bisa terjadi demikian ?. Menurut ibu, si mbak memutuskan pergi mengadu nasib ke negeri jiran untuk menyelamatkan ekonomi keluarga yang porak-poranda diterjang badai perjudian suaminya. Dan...sekembalinya si mbak dari seberang dia mendapatkan kabar bahwa sang suami ber haha hehe dengan seorang wanita dari desa sebelah.
Nyesek...Cinta, lagi-lagi cinta, hal yang tak akan pernah habis untuk menjadi sebuah topik bahasan. Mencintai, barangkali adalah takdir Tuhan,sedang luka dan bahagia adalah dua anak yang di lahirkan. Hmm, ironi memang, ketika seseorang mendapatkan hati Anda, kemudian berjanji tuk merawatnya tapi mengembalikannya dalam keadaan terluka. Mestinya si mbak pantas mendapatkan sebuah cinta layaknya bayangan rumpun bambu yang jatuh di permukaan sungai, meneduhkan kawanan kijang setiapkali hendak menyeberang. Ya, cinta yang teduh dan menenteramkan.
Hal ini mengingatkan pada sebuah kisah percintaan yang ditulis oleh mbak Sri Sulandari. Seperti ini kisahnya.....
Langganan:
Postingan (Atom)